Sabtu, 25 Februari 2012

RAA Cokronagoro II Memerintah Dengan Disiplin


RAA Cokronagoro II adalah putra ke dua dari RAA Cokronagoro I yang memerintah di Kabupaten Purworejo tahun 1856-1896. Ibu kandungnya Nyai Adipati Sepuh, putri Kiai Kerto Menggolo dari Pengasih, Yogyakarta. Kakak kandung RAA Cokronagoro II, yakni Raden Bei Cokrosoro tidak diangkat sebagai Bupati Purworejo karena pada waktu itu sudah menjabat sebagai Mantri Gladhak menggantikan kedudukan ayahnya, RAA Cokronagoro I. 

RAA Cokronagoro II meniru ayahnya, Beliau sangat tekun menangani pertanian di daerahnya. Saluran irigasi Kedung Putri yang pada zaman pemerintahan ayahnya hanya dibangun sampai wilayah kota saja, dilanjutkan sampai wilayah Banyuurip. Pembangunan lanjutan irigasi Kedung Putri sebenarnya atas usulan para jagatirta yang melaporkan sawah di daerah Banyuurip sering kesulitan air. 

Karena itu sangat penting saluran irigasi kedung Putri dilanjutkan hingga Banyuurip. Setelah selesai dengan  Banyuurip, RAA Cokronagoro II ingin membangun pula saluran irigasi ke Kawedanan Jenar. Untuk mewujudkan keinginannya tersebut dirinya meminta bantuan Raden Mas Turkijo, putra Bupati Kutoarjo. Raden Mas Turkijo adalah ahli bangunan irigasi yang pernah memperdalam ilmunya di Kalkuta, India

Dengan alasan itulah Cokronagoro II meminta bantuan Raden Mas Turkijo untuk membangun bendung dan saluran irigasi ke Kawedanan Jenar. Selanjutnya dibuatlah bangunan Bendung Boro yang terletak di Desa Boro. Bangunan dan saluran irigasi Bendung Boro jauh lebih besar dibanding Kedung Putri. Bendung Boro tersebut mampu mengairi sawah seluas 5.000 hektar. Meski bangunan dan kapasitasnya lebih besar namun jarang dibicarakan orang. 

Hal itu lantaran Bendung Boro kalah pamor dibanding saluran irigasi Kedung Putri karya RAA Cokronagoro I. Pada masa pemerintahan RAA Cokronagoro II merupakan masa-masa suram bagi bangsa Indonesia. Pada waktu itu tanam paksa digalakkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kabupaten Purworejo yang dikenal sebagai daerah pertanian dijadikan basis tanam paksa. Banyak rakyat menderita akibat program tanam paksa tersebut. 

Rakyat ditekan habis-habisan untuk melancarkan program tanam paksa. Akibatnya ada pula yang mulai berani melawan penjajah meskipun sifatnya hanya sporadis. Kerusuhan terjadi di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Purworejo. RAA Cokronagoro II selain berhasil memperpanjang saluran irigasi Kedung Putri, membangun Bendung Boro, juga memugar Pendopo Kabupaten yang pada waktu itu sudah berumur 50 tahun. 

Pemugaran Pendopo Kabupaten membutuhkan waktu sekitar lima tahun. Sejak dipugar sekitar 110 tahun lalu hingga kini kondisi Pendopo Kabupaten Purworejo masih utuh dan sangat kokoh. Pendopo tersebut kerasp dijadikan tempat kegiatan resmi Pemerintah Kabupaten Purworejo. Begitulah RAA Cokronagoro II dengan segala karyanya yang sudah diwariskan kepada masyarakat Purworejo. 

Setelah meninggal dunia, almarhum dimakamkan di makam Kayu Lawang, Kelurahan Mudal, Purworejo yang berjarak sekitar tga kilometer dari pusat kota Purworejo. RAA Cokronagoro II memiliki 20 putra yang berasal dari enam istri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar