RAA Cokronagoro II adalah putra
ke dua dari RAA Cokronagoro I yang memerintah di Kabupaten Purworejo tahun 1856-1896. Ibu kandungnya Nyai Adipati Sepuh, putri Kiai Kerto Menggolo dari Pengasih, Yogyakarta. Kakak kandung RAA
Cokronagoro II, yakni Raden Bei
Cokrosoro tidak diangkat sebagai Bupati Purworejo karena pada waktu itu
sudah menjabat sebagai Mantri Gladhak menggantikan kedudukan ayahnya, RAA
Cokronagoro I.
RAA Cokronagoro II meniru
ayahnya, Beliau sangat tekun menangani pertanian di daerahnya. Saluran irigasi
Kedung Putri yang pada zaman pemerintahan ayahnya hanya dibangun sampai wilayah
kota saja, dilanjutkan sampai wilayah Banyuurip. Pembangunan lanjutan irigasi
Kedung Putri sebenarnya atas usulan para jagatirta
yang melaporkan sawah di daerah Banyuurip sering kesulitan air.
Karena itu sangat penting saluran
irigasi kedung Putri dilanjutkan hingga Banyuurip. Setelah selesai dengan Banyuurip, RAA Cokronagoro II ingin membangun
pula saluran irigasi ke Kawedanan Jenar.
Untuk mewujudkan keinginannya tersebut dirinya meminta bantuan Raden Mas Turkijo, putra Bupati Kutoarjo. Raden Mas Turkijo
adalah ahli bangunan irigasi yang pernah memperdalam ilmunya di Kalkuta, India.
Dengan alasan itulah Cokronagoro
II meminta bantuan Raden Mas Turkijo untuk membangun bendung dan saluran
irigasi ke Kawedanan Jenar. Selanjutnya dibuatlah bangunan Bendung Boro yang terletak di Desa
Boro. Bangunan dan saluran irigasi Bendung Boro jauh lebih besar dibanding
Kedung Putri. Bendung Boro tersebut mampu mengairi sawah seluas 5.000 hektar. Meski bangunan dan
kapasitasnya lebih besar namun jarang dibicarakan orang.
Hal itu lantaran Bendung Boro
kalah pamor dibanding saluran irigasi Kedung Putri karya RAA Cokronagoro I.
Pada masa pemerintahan RAA Cokronagoro II merupakan masa-masa suram bagi bangsa
Indonesia. Pada waktu itu tanam paksa digalakkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kabupaten Purworejo yang dikenal sebagai
daerah pertanian dijadikan basis tanam paksa. Banyak rakyat menderita akibat
program tanam paksa tersebut.
Rakyat ditekan habis-habisan
untuk melancarkan program tanam paksa. Akibatnya ada pula yang mulai berani
melawan penjajah meskipun sifatnya hanya sporadis.
Kerusuhan terjadi di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Purworejo. RAA
Cokronagoro II selain berhasil memperpanjang saluran irigasi Kedung Putri,
membangun Bendung Boro, juga memugar Pendopo Kabupaten yang pada waktu itu
sudah berumur 50 tahun.
Pemugaran Pendopo Kabupaten
membutuhkan waktu sekitar lima tahun. Sejak dipugar sekitar 110 tahun lalu
hingga kini kondisi Pendopo Kabupaten Purworejo masih utuh dan sangat kokoh.
Pendopo tersebut kerasp dijadikan tempat kegiatan resmi Pemerintah Kabupaten
Purworejo. Begitulah RAA Cokronagoro II dengan segala karyanya yang sudah
diwariskan kepada masyarakat Purworejo.
Setelah meninggal dunia, almarhum
dimakamkan di makam Kayu Lawang, Kelurahan Mudal, Purworejo yang berjarak
sekitar tga kilometer dari pusat kota Purworejo. RAA Cokronagoro II memiliki 20
putra yang berasal dari enam istri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar